cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
,
INDONESIA
JURNAL WALENNAE
ISSN : 14110571     EISSN : 2580121X     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Walennae’s name was taken from the oldest river, archaeologically, which had flowed most of ancient life even today in South Sulawesi. Walennae Journal is published by Balai Arkeologi Sulawesi Selatan as a way of publication and information on research results in the archaeology and related sciences. This journal is intended for the development of science as a reference that can be accessed by researchers, students, and the general public.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 6 No 2 (2003)" : 9 Documents clear
MENENGOK KAMPUNG NEOLITIK MINANGA SIPAKKO DI PEDALAMAN KALUMPANG nfn Nasruddin
WalennaE Vol 6 No 2 (2003)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2590.181 KB) | DOI: 10.24832/wln.v6i2.166

Abstract

Kegiatan penelitian situs Minanga Sipakko merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya. Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut karakter situs yang belum terungkap secara jelas, termasuk temuan kereweng dan beliung yang tersebar di dasar lereng sungai. Selain itu, kondisi situs yang terancam hilang oleh longsoran dan erosi sungai Karama. Tujuannya untuk menyelamatkan data yang masih tertinggal, agar jejak penghunian dan sisa-sisa artefak serta tinggalan lainnya dapat mengungkapkan seluk beluk kehidupan neolitik di tepian Minanga Sipakko. Metode yang digunakan berupa pengumpulan data diantaranya pendokumentasian yang dilanjutkan dengan pengklasifikasian dan interpretasi data. Hasil penelitian memperlihatkan situs Minanga Sipakko masih menyimpan harapan untuk diteliti lebih sistematis dengan memperluas lokasi trench pada kisaran 100-200 meter sebelah timur dari titik trench kotak 1 dan 3, alas an ini didukung oleh temuan temuan gerabah dan beliung dari hasil survei yang tergerus dan longsor akibat erosi.
TEMBIKAR TRADISIONAL TUNGKA, ENREKANG: TINJAUAN ETNOARKEOLOGI Citra Andari
WalennaE Vol 6 No 2 (2003)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2001.749 KB) | DOI: 10.24832/wln.v6i2.171

Abstract

Benda tinggalan manusia merupakan cerminan atau refleksi dari tingkah laku mereka. Beberapa peralatan atau benda lainnya seperti wadah gerabah dapat menunjang kehidupannya. Salah satu Pembuatan tembikar yang menjadi perhatian berada di daerah Tungka, Kabupaten Enrekang, dengan melihat proses pengerjaannya. Tujuannya untuk merekam teknik pembuatan dan fungsi tembikar di daerah Tungka. Metode yang digunakan berupa pengumpulan data diantaranya pendokumentasian proses pembuatan dan pengolahan data. Hasil yang diperoleh bahwa perkembangan dan persebaran tembikar di Tungka masih memperhankan cirinya. Teknik pembuatan masih memegang teguh konsep yang diwarisi oleh nenek moyang mereka yaitu dengan teknik tatap landas. Bagi pengrajin tembikar di Tungka mengenal adanya fungsi praktis dan fungsi ritual dalam mempergunakannya.
PENGUBURAN TEMPAYAN DI SITUS TAKBUNCINI, KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN Nani Somba
WalennaE Vol 6 No 2 (2003)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2272.198 KB) | DOI: 10.24832/wln.v6i2.167

Abstract

Sistem penguburan pada masa prasejarah di Indonesia dikenal adanya penguburan pertama (primer) dan penguburan kedua (sekunder). Sistem penguburan ini biasanya menggunakan wadah atau tanpa wadah. Penguburan dengan menggunakan tempayan sebagai wadah kubur untuk menyimpan mayat atau kerangka manusia banyak ditemukan di Indonesia, termasuk situs Takbuncini daerah Takalar, Sulawesi Selatan. Situs Takbuncini dianggap memiliki data lengkap karena situs ini sudah pernah diteliti dengan menggunakan teknik survei dan ekskavasi meskipun belum tuntas. Penelitian yang dilakukan sebelumnya belum menghasilkan pertanggalan absolute untuk mengetahui periodesasinya. Tujuan penelitian untuk mengetahui kronologi dari situs Takbuncini. Metode yang digunakan berupa pengumpulan data yang kemudian diolah serta menganalisis hasil temuan yang diperoleh dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan adanya temuan berupa tempayan yang difungsikan sebagai wadah penguburan dengan temuan rangka manusia didalamnya yang berasosiasi dengan bekal kubur berupa manik-manik, lempengan logam dan temuan gerabah. Berdasarkan temuan tersebut maka situs Takbuncini dapat dinyatakan bahwa situs kubur prasejarah masa perundagian.
TRANSFORMASI SENI PRA ISLAM PADA MAKAM KUNA DI SULAWESI SELATAN nfn Muhaeminah
WalennaE Vol 6 No 2 (2003)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2537.947 KB) | DOI: 10.24832/wln.v6i2.172

Abstract

Bangunan makam biasanya mendapat perlakuan khusus dari masyarakatnya, terlihat dari pahatan-pahatan atau relief yang mempunyai arti mendalam secara filosofis. Pahatan tersebut sangat indah sehingga dikeramatkan oleh masyarakat sekitarnya. Perilaku masyarakat dengan mengkeramatkan sebuah makam kuna perlu dikaji secara mendalam, makna apa yang terkandung didalamya sehingga sampai kini fenomena tersebut masih banyak dijumpai dibeberapa situs makam kuna Islam yang ada di Sulawesi Selatan. Tujuannya untuk mengetahui perkembangan keyakinan terhadap seni pra-Islam selama memiliki pendukung. Metode yang digunakan berupa pengumpulan data diantaranya studi pustaka dan pengolahan data. Hasil yang diperoleh bahwa seni hias makam mengungkapkan tingkah keseharian manusia pada masa hidupnya serta beberapa bentuk binatang pada makam merupakan unsur budaya yang masih dilatarbelakangi oleh kepercayaan pendukungnya, yang masih menganut pemujaan kepada leluhur meskipun masyarakat pada waktu itu telah memeluk agama Islam. Bangunan makam yang masih memperlihatkan arsitektur tertentu (pra-Islam), umumnya makam bangsawan yang mempunyai nilai penting bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
MENHIR SIGUNTU, TORAJA Muhammad Husni; Danang Wahju Utomo
WalennaE Vol 6 No 2 (2003)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3740.137 KB) | DOI: 10.24832/wln.v6i2.168

Abstract

Tradisi megalitik sebagai salah satu kebudayaan masa lampau yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Peninggalan megalit sangat berkaitan erat dengan pemujaan arwah leluhur. Tulisan ini akan memusatkan perhatian selain pada fungsi juga pola penempatannya terhadap penggunaan ruang. Studi ini dilakukan untuk melihat peranan menhir secara keseluruhan dalam kehidupan masyarakat Toraja melalui pembahasan terhadap menhir Siguntu di kecamatan Sanggalangi, Kabupaten Tana Toraja. Tujuannya untuk mengetahui fungsi dari menhir Siguntu. Metode yang digunakan berupa pengumpulan data yang dilanjutkan dengan analisis artefak dan konteks pada objek penelitian. Hasil yang diperoleh menhir Siguntu, selain berkaitan dengan upacara penguburan, menhir Siguntu juga berkaitan dengan pemujaan pada arwah leluhur. Selain itu, penempatan kompleks menhir Siguntu yang relatif berada di tengah-tengah berbagai elemen pemukiman, memberikan asumsi bahwa menhir Siguntu dianggap sebagai pusat dalam melakukan hubungan dengan roh leluhur. 
HUNIAN AWAL MANUSIA BERDASARKAN POTENSI SUMBERDAYA ALAM: PEMBAHASAN TENTANG SISTEM MATA PENCAHARIAN YANG BERMAKNA SOSIAL-EKONOMIS E.A. Kosasih
WalennaE Vol 6 No 2 (2003)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3119.03 KB) | DOI: 10.24832/wln.v6i2.164

Abstract

Perhatikan perkembangan ilmu prasejarah secara umum, tampak ada tiga faktor utama yang saling berkaitan erat, yaitu faktor alam, manusia dan kebudayaan sebagai suatu integritas. Materi tinggalan budaya mereka merupakan salah satu sumberdaya yang diharapkan dapat menyusun riwayat hidup masyarakat prasejarah yang tergolong kompleks, serta mampu pula merefleksikan kondisi kehidupan sosial-ekonomi dan atau religi-magis, yang melatarbelakangi lahirnya berbagai bentuk budaya yang pernah diciptakannya. Penelitian ini memusatkan perhatiannya pada sistem sosial budaya masyarakat prasejarah. Tujuannya untuk menggambarkan kondisi masyarakat dalam aspek sosial budaya dan mengetahui pula kondisi geografis suatu tempat hunian serta jumlah kegiatan yang bermakna ekonomi. Metode yang dilakukan berupa pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi data. Hasil yang diperoleh bahwa pengelolaan lingkungan dapat diartikan sebagai upaya untuk melindungi, memelihara serta memperbaiki kualitas lingkungan, agar segala kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi secara berkelanjutan.
CANDI CETA: REPOSISI LINGGA DULU DAN KINI (TINJAUAN ASPEK FUNGSI KEKINIAN) Agustijanto Indradjaja
WalennaE Vol 6 No 2 (2003)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2609.611 KB) | DOI: 10.24832/wln.v6i2.169

Abstract

Kawasan di sekitar lereng sampai puncak Gunung Lawu memiliki potensi sumberdaya arkeologi yang cukup potensial bagi sejarah perkembangan kebudayaan. Daerah Gunung Lawu memiliki perbedaan nuansa atau sifat keagamaan. Tinggalan arkeologinya bersifat keagamaan hindu, yaitu empat buah candi dari periode Majapahit akhir diantaranya Candi Sukuh, Ceta, Menggung dan Planggatan. Keempat candi ini berada diketinggian 700-1300 mdpl. Melihat situasi tersebut terlihat nuansa prasejarah yang berbentuk punden berundak. Hal ini menimbulkan suatu interpretasi bahwa pada masa akhir Hindu-Budha di Jawa, kepercayaan lokal kembali menguat ditandai dengan bangunan berciri tradisi masa prasejarah. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat reposisi lingga dari dulu sampai sekarang. Metode yang digunakan berupa pengumpulan data pustaka dan pendokumentasian serta menganalisis data. Hasil yang diperoleh bahwa masyarakat Hindu Dharma di Lereng gunung Lawu dapat dikatakan telah mengalami proses sinkretisme, terlihat dari tata upacara mereka seperti satu suro dan modosio. Secara konseptual, mereka masih mengenal dewa siwa sebagai dewa tertinggi tetapi dalam upacara telah mengalami transformasi nilai.
POTENSI SUMBERDAYA AIR SEBAGAI PENDUKUNG SITUS SURAWANA DI KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR Ni Komang Ayu Astiti
WalennaE Vol 6 No 2 (2003)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3116.102 KB) | DOI: 10.24832/wln.v6i2.165

Abstract

Jaman dahulu manusia telah mempunyai pengetahuan atau teknologi dalam hal pengelolaan lingkungan untuk mendapatkan sumberdaya air. Pengetahuan ini juga berlaku pada masyarakat pendukung situs Surawana, mereka peroleh melalui pengalaman hidup yang sering mereka alami. Sejauhmana masyarakat pendukung memanfaatkan sumberdaya air untuk menunjang kelangsungan hidup mereka. Tujuan dari penelitian ini untuk dapat menjadi pengetahuan masyarakat masa sekarang sekitar situs dalam memanfaatkan sumberdaya air tersebut. Metode yang digunakan berupa pengumpulan data melalui pendokumentasian dan pengelompokan data yang akhirnya diinterpretasikan. Hasil dari penelitian ini, masyarakat pendukung situs Surawana telah mampu menjaga kelestarian lingkungan terutama vegetasi. Selain itu, terdapat terowongan yang menjadi pendistribusian sehingga air dapat tersediadibadian hulu sampai hilir dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan.
ALAT BATU BERGERIGI DARI SITUS WESSAE, BARRU, SULAWESI SELATAN Danang Wahju Utomo
WalennaE Vol 6 No 2 (2003)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3941 KB) | DOI: 10.24832/wln.v6i2.170

Abstract

Situs Wessae merupakan lokasi yang memiliki temuan artefak perkakas batu yang sangat padat. Perkakas batu sangat berkaitan dengan sistem mata pencaharian manusia, yang umumnya mengarah pada kehidupan berburu binatang. Perkakas batu di situs Wessae sangat variatif yang terlihat dari beberapa tipologi. Pembahasan kali ini masih sebatas pada masalah teknologi dan tipologi serta apakah memiliki kesamaan dengan alat batu bergerigi dari situs-situs hunian dan ceruk di Sulawesi Selatan. Tujuan dari penelitian, untuk melihat kehidupan manusia prasejarah di situs Wessae. Metode yang digunakan diantaranya pengumpulan data, pengelompokan data dan analisis data. Hasil yang diperoleh bahwa penemuan alat batu bergerigi menambah data persebaran alat batu di Sulawesi Selatan. Budaya Toala tidak hanya terdapat di situs-situs hunian gia tetapi juga di situs terbuka, seperti di situs Wessae. Kehidupan mengenai manusia pendukungnya sebenarnya masih banyak terungkap, kemungkinan situs Wessae sebagai situs perbengkelan. 

Page 1 of 1 | Total Record : 9